Drama Hari Guru SMPN 23 Medan 2011
Hello readers :)
Aku pengen ngepost something nih. Hehehe...
Nggak sengaja tiba-tiba aku teringat waktu pementasan drama di masa
SMP. Haha... Pokoknya dramanya lucu dan aneh banget ._.v Dan lebih
parahnya lagi, drama kami tuh di komen sama ibu kepsek -_- beh malu bana
dah. Tapi nggak apa-apa deh itung itung pengalaman 9A. Yauda nih aku
mau nunjukin naskah dramanya. Cekidot!
Teks Drama IX A
“Maafkan kami Guru”
Tokoh:
-
Rousdy Siswoyo (Pak Guru)
-
Ary Handoko (Murid)
- Nofrizal (Murid)
-
Novira Anggriyani (Murid)
-
Pipi Pratiwi (Murid)
-
Siti Hajar (Murid Baru)
-
Rafika Audina (Murid)
- Siti Fajar Ningsih. (Murid)
-
Halimatussa’diyah (Kepala Sekolah)
Dalang:
-
Ravika Budoyo
Pada
pagi hari yang cerah, Pak Guru masuk ke ruangan kelas. Seperti biasa dia
mengajar B. Indonesia. Pak Guru pun lalu memasuki ruang kelas.
Pak Guru
(Woyo) : “Pagi anak-anak.” (Memasuki kelas)
Murid-murid : “Pagi Pak Guru.”
Pak Guru
(Woyo) : “Ayo kita mulai pelajaran kita.
Anak-anak sudah sampai mana pelajaran kita?”
Murid-murid : “Gatau Pak, kami lupa.”
Pak Guru
(Woyo) : “Oh ya, kemarin seingat Bapak, Bapak
ada memberikan kalian PR, sudah siap?”
Novira : “Apanya Bapak ini? Mana ada Bapak
ngasih kami PR.”
Fika : “Iya Pak, ilusi lah Bapak ini.”
Pak Guru
(Woyo) : “Tapi Bapak ingat Nak. Masak sih
nggak ada?”
Novira : “Is. Nggak ada loh Pak, tanya lah
sama si Tiwi. Kita nggak ada PR kan Wi?”
Tiwi : “Tauk ah, gelap. Tanya aja sama si Ningsih.”
Ningsih : “Ada kok Pak halaman 30.”
Fika : “Is si Ningsih bising kali. Bilang aja
nggak ada udah selesai urusan.”
Ary : “Entah ni si Ningsih, dah tau aku belom
siap dibilangnya ada PR.”
Nofrizal : “Entah tuh.”
Ningsih : “Suka-suka aku lah mau ngomong apa.”
Pak Guru
(Woyo) : “Ya sudah, jika sudah siap kumpulkan
ke depan kalau belum tahankan lah situ. Sekarang buka saja bab 3, halaman 33,
bagian 3, nomor 3, kerjakan soalnya. Cepat.”
Ary : “Kapan Pak dikerjainnya?”
Pak Guru
(Woyo) : “Minggu depan Nak?! Ya sekarang lah.
Kamu ini ada-ada saja.”
Ary : “Udah Bapak yang ada-ada saja, masak
ngerjainnya minggu depan? Ya sekarang lah Pak.”
Pak Guru
(Woyo) : “Ya sudah itu yang saya bilang
(Mengelus dada) Ya sudah, ayo cepat kerjakan.”
Tidak
lama kemudian kepala sekolah datang ke ruang kelas bersama seorang murid baru.
Kepala
Sekolah (H5) : “(Mengetuk pintu) Permisi sebentar Pak
mengganggu pelajaran.”
Pak
Guru (Woyo) : “Iya Bu, lama-lama juga nggak apa-apa
kok Bu.”
Kepala
Sekolah (H5) : “Ini Pak, ada murid baru mau
bersekolah disini. Dimohon bimbingannya ya Pak.”
Pak
Guru (Woyo) : “Baik Bu.”
Kepala
Sekolah (H5) : “Terima kasih Pak, saya permisi
dulu.”
Setelah
kepala sekolah pergi, Pak Guru pun menyuruh si murid baru untuk memperkenalkan dirinya
di depan kelas.
Pak
Guru (Woyo) : “Ayo Nak silahkan perkenalkan diri
kamu di depan kelas.”
Hajar : “Baik Pak. Teman-teman, perkenalkan
nama saya Siti Hajar. Mohon bantuannya ya Pak Guru dan teman-teman.”
Ary : “Alamat rumahnya dimana?”
Nofrizal : “Oh ya, nomor hp nya berapa?”
Novira : “Is, kelen ini lah bising kali. Nggak
bisa sekali nengok cewek cantik.”
Nofrizal : “Kok kau yang sibuk, orang aku yang
nanya. Hajar aja nggak sibuk. Ya kan Jar?”
Pak
Guru (Woyo) : “Sudahlah sudah. Ayo, hajar silahkan
pilih bangku yang kosong.”
Hajar : “Tapi Pak, nggak ada bangku yang
kosong. Gimana saya mau duduk?”
Pak
Guru (Woyo) : “Ya sudah, kamu duduk di hati Bapak
aja, hati Bapak lagi kosong kok.”
Fika : “Is. Bapak ini udah tua pun
menggombal aja kerjanya. Murid pun diembat”
Pak
Guru (Woyo) : “Kamu ya! Ngomong sama Guru nggak
sopan sekali! Mau jadi apa kamu udah besar hah?!” (Terlihat kesal)
Fika : “Saya mau jadi dokter Pak.”
Murid-murid : (Tertawa)
Pak
Guru (Woyo) : “(Mengelus dada) Sudah sudah. Ary
cepat ambilkan bangku di luar untuk Siti Hajar. Cepat.”
Ary : “Siap Pak. (Bangkit dari bangkunya)”
Ary
pun mengambil bangku di luar dan meletakkannya di kelas. Hajar pun lalu duduk,
dan murid-murid kembali mengerjakan tugas mereka. Tak berapa lama, murid-murid
kembali berulah.
Ningsih : “(Melirik Tiwi yang sedang main
hp) Pak…? Tiwi main hp.”
Pak Guru (Woyo) : “Benar
itu Tiwi? (sambil melihat kearah tiwi)”
Tiwi : “Nggak ah Pak, si Ningsih ini ilusi aja
lah.”
Pak Guru (Woyo) : “Hem…
Ya sudah kerjakan kembali tugas kalian.”
Murid-murid : “Baik Pak.”
Nofrizal : “(berbisik) Eh Ry, bagi kenapa Pop
Drink kau. Pelit kali kau sama aku.”
Ary : “(berbisik) Beli lah sendiri, uang
kau kan banyak, percuma aja Bapak kau punya rumah makan. Ya udah lah nah,
kasian pun aku nengok kau.”
Nofrizal dan Ary : (menghisap
Pop Drink)
Ningsih : “(Melirik Nofrizal dan Ary yang sedang
menghisap Pop Drink) Pak…? Nofrizal kan sama si Ary ngisap Pop Drink.”
Pak Guru (Woyo) : “(menghampiri
meja Nofrizal dan Ary lalu mengambil Pop Drink mereka) Ini rupanya yang kalian
kerjakan dari tadi! Bukannya ngerjakan tugas malah ngisap Pop Drink. Kalian tau
tidak, ini tidak baik untuk kesehatan kalian.”
Ary : “Waduh… Rugi gopek saya.”
Nofrizal : “Kalau aku nggak rugi, tadi kan aku
minta sama kau ry. Kau rugi seribu lah jadinya.”
Ary : “Oh iya ya lupa saya."
Pak Guru (Woyo) : “(batinnya) Dasar anak-anak ini tingkahnya ada-ada saja. Mendingan saya hisap Pop Drink juga. (tanpa disangka Pak Guru menghisap Pop Drink dibalik bukunya)”
Novira : “Ih. Pak Guru diam-diam doyan ngisap Pop Drink juga. Katanya nggak sehat?”
Pak Guru (Woyo) : “Kalau Bapak sih nggak pa pa. Itu kan obat batuk Bapak.”
Murid-murid : “Ealah… Terserah Bapak aja.”
Ary dan Nofrizal : (Melempar-lempar kertas ke arah Hajar dan Fika)
Ningsih : “Pak…? Ary kan sama Nofrizal ngelempar-lempar kertas.”
Hajar : “Iya Pak, orang ini dari tadi gangguin kami aja. Kalo suka bilang aja!”
Pak Guru (Woyo) : “Nofri! Ary! Dari tadi kalian bertingkah saja. Bapak sudah capek menasihati kalian. (datang ke meja Ary dan Nofrizal sambil menjewer telinga mereka)”
Nofrizal : “Bapak ini lah, kalau capek istirahat lah Pak.”
Ary : “Entah Bapak ini, bagusan Bapak duduk aja nggak usah hukum kami, nanti Bapak tambah capek.”
Pak Guru (Woyo) : “Ya sudah, tapi jangan ganggui mereka lagi. Kerjakan tugas kalian dengan benar.”
Ary dan Nofrizal : “Ok Pak.”
Pak Guru (Woyo) : “(batinnya) Dasar anak-anak ini tingkahnya ada-ada saja. Mendingan saya hisap Pop Drink juga. (tanpa disangka Pak Guru menghisap Pop Drink dibalik bukunya)”
Novira : “Ih. Pak Guru diam-diam doyan ngisap Pop Drink juga. Katanya nggak sehat?”
Pak Guru (Woyo) : “Kalau Bapak sih nggak pa pa. Itu kan obat batuk Bapak.”
Murid-murid : “Ealah… Terserah Bapak aja.”
Ary dan Nofrizal : (Melempar-lempar kertas ke arah Hajar dan Fika)
Ningsih : “Pak…? Ary kan sama Nofrizal ngelempar-lempar kertas.”
Hajar : “Iya Pak, orang ini dari tadi gangguin kami aja. Kalo suka bilang aja!”
Pak Guru (Woyo) : “Nofri! Ary! Dari tadi kalian bertingkah saja. Bapak sudah capek menasihati kalian. (datang ke meja Ary dan Nofrizal sambil menjewer telinga mereka)”
Nofrizal : “Bapak ini lah, kalau capek istirahat lah Pak.”
Ary : “Entah Bapak ini, bagusan Bapak duduk aja nggak usah hukum kami, nanti Bapak tambah capek.”
Pak Guru (Woyo) : “Ya sudah, tapi jangan ganggui mereka lagi. Kerjakan tugas kalian dengan benar.”
Ary dan Nofrizal : “Ok Pak.”
Pak
Guru kembali duduk di kursinya. Tak berapa lama handphone Pak Guru pun
berdering. Dia lalu keluar sebentar dan anak-anak kembali berulah.
Ary : "Haii???" (Menatap ke arah Hajar)
Hajar : "Iya???"
Ary : "Nama kamu hajar ya?"
Hajar : "Iya, emang kenapa?"
Ary : "Soalnya kamu udah menghajar aku hingga jatuh ke
hatimu." #eaaa
Nofrizal : "Hajar??? Boleh pinjem lem nggak?"
Hajar : "Boleh, buat apa?"
Nofrizal : "Buat nempelin hati aku ke hati kamu" #eaaa
Ary : "Hajar??? Bapak kamu tukang parfum ya?"
Hajar : "Kok tau?"
Ary : "Pantes, semalam aku jumpa di Mall" #GombalGagal
Nofrizal : "Hajar??? Kamu kayak kupu kupu deh"
Hajar : "Kok gitu?"
Nofrizal : "Soalnya kamu selalu hinggap di hatiku" #eaaa
Ary : (Melirik ke arah Nofrizal) "Eh kau ikut ikut aku aja!"
Nofrizal : "Suka suka akulah! Jadi apa nih? Gak senang
ceritanya?"
Ary : "Ayok duel kita!"
Hajar : "Ehhh jangan......"
Ary : "Udah jar, tenang aja ini masalah harga diri"
Hajar : "Maksudnya jangan sampai gak jadi"
Nofrizal dan Ary pun maju ke depan kelas dan mulai berkelahi, murid-murid pun bersorak sorai. Tiba-tiba Pak Guru pun masuk ke dalam kelas.
Pak Guru : "Hei hei ada apa ini" (Melerai Nofrizal dan Ary)
Ary : "Ini Pak si Nofrizal ikut ikut aja, masa' saya gombali
si Hajar dia juga ikutan."
Nofrizal : "Kan gombalan saya beda sama punya dia Pak"
Pak Guru : "Hadehhh -_- Sudah sudah ayo saling minta maaf
dan berjabat tangan."
Ary : "Bapak gak minta maaf sama kami?"
Pak Guru : "Ya sudah Bapak minta maaf juga ya."
Nofrizal : "Gitu dong Pak"
Pak Guru pun kembali ke mejanya.
Ary : "Haii???" (Menatap ke arah Hajar)
Hajar : "Iya???"
Ary : "Nama kamu hajar ya?"
Hajar : "Iya, emang kenapa?"
Ary : "Soalnya kamu udah menghajar aku hingga jatuh ke
hatimu." #eaaa
Nofrizal : "Hajar??? Boleh pinjem lem nggak?"
Hajar : "Boleh, buat apa?"
Nofrizal : "Buat nempelin hati aku ke hati kamu" #eaaa
Ary : "Hajar??? Bapak kamu tukang parfum ya?"
Hajar : "Kok tau?"
Ary : "Pantes, semalam aku jumpa di Mall" #GombalGagal
Nofrizal : "Hajar??? Kamu kayak kupu kupu deh"
Hajar : "Kok gitu?"
Nofrizal : "Soalnya kamu selalu hinggap di hatiku" #eaaa
Ary : (Melirik ke arah Nofrizal) "Eh kau ikut ikut aku aja!"
Nofrizal : "Suka suka akulah! Jadi apa nih? Gak senang
ceritanya?"
Ary : "Ayok duel kita!"
Hajar : "Ehhh jangan......"
Ary : "Udah jar, tenang aja ini masalah harga diri"
Hajar : "Maksudnya jangan sampai gak jadi"
Nofrizal dan Ary pun maju ke depan kelas dan mulai berkelahi, murid-murid pun bersorak sorai. Tiba-tiba Pak Guru pun masuk ke dalam kelas.
Pak Guru : "Hei hei ada apa ini" (Melerai Nofrizal dan Ary)
Ary : "Ini Pak si Nofrizal ikut ikut aja, masa' saya gombali
si Hajar dia juga ikutan."
Nofrizal : "Kan gombalan saya beda sama punya dia Pak"
Pak Guru : "Hadehhh -_- Sudah sudah ayo saling minta maaf
dan berjabat tangan."
Ary : "Bapak gak minta maaf sama kami?"
Pak Guru : "Ya sudah Bapak minta maaf juga ya."
Nofrizal : "Gitu dong Pak"
Pak Guru pun kembali ke mejanya.
Fika : “(berbisik) Eh, tau nggak kelen
semalam bang ripi lewat depan aku (geregetan)
Novira : “(berbisik) Ah. Biasa itu biasa.”
Tiwi : “(berbisik) Entah ni si Fika heboh
kali. Gila bang ripi aja yang diomonginnya.”
Novira : “(berbisik) Aku aja bosen dengarnya.”
Fika : “(berbisik) Alah, kelen kalau udah
jumpa geregetannya kelen. Sok munak.”
Novira : “(berbisik) Ah, biasa biasa.”
Pak Guru (Woyo) : “Hei!!!
Para wanita! Jangan kalian bergosip disini. Contoh itu si Siti Hajar, dari tadi
diam aja. Tidak seperti kalian!”
Fika : “Namanya dia anak baru Pak, maklumi
ajalah, dia kan belum bisa beradaptasi dengan kelas ini.”
Pak Guru (Woyo) : “(memukul
meja) Hei!!! Kalian ini dari tadi asal saya ngomong bercincau saja bibir
kalian!!! Mau jadi apa kalian? Dokter hah?! Kerjanya melawan saja! Nggak
mungkin kalian jadi dokter.”
Tiwi : “(berbisik) Eh, tumben Bapak ini
kayak gini, jadi takut pun aku.”
Novira : “(bebisik) Iya Wi, cemana ini?”
Pada saat itu suasana kelas yang
tadinya ribut tak menentu seketika berubah menjadi hening.
Pak Guru (Woyo) : “Sudahlah! Saya malas mengajar disini. Murid-muridnya pada
nggak beres, lebih baik saya memilih mengajar di kelas lain dari pada disini.
(memukul meja kemudian membereskan buku-bukunya)”
Fika : “Is. Janganlah Pak. Nanti yang
ngajarin kami siapa? (tampak sedih)”
Pak Guru (Woyo) : (hanya diam sambil bergegas pergi)
Murid-murid : “Pak… Jangan pergi…”
Suasana kelas pada saat itu tampak menjadi
sunyi. Murid-murid tampak sedih dan mereka hanya bisa diam dan memohon agar Pak
Guru tidak meninggalkan kelas mereka. Namun, usaha mereka sia-sia, Pak Guru
sudah terlanjur sangat marah kepada mereka karena kelakuan mereka yang sangat
kurang ajar. Dan akhirnya…
Kepala Sekolah (H5) : “(memasuki
kelas) Kemana Guru kalian?”
Murid-murid : “Keluar Bu.”
Kepala Sekolah (H5) : “Kenapa
bisa keluar?”
Murid-murid : (Hening)
Kepala Sekolah (H5) : “Loh?
Kenapa kalian diam? Tadi ribut?”
Pak Guru (Woyo) : “(tiba-tiba memasuki kelas) Maaf Bu, saya mau mengambil
berkas saya ketinggalan.”
Kepala Sekolah (H5) : “Kenapa
Bapak tidak masuk kelas dan mengajar?”
Pak Guru (Woyo) : “Buat apa Bu saya mengajari anak-anak yang tidak bisa
diatur. Hanya menghabiskan tenaga saya Bu. Lebih baik saya pindah ke kelas lain
saja Bu.”
Murid-murid : “(tiba-tiba bangkit dari bangku
mereka kemudian mendekati Pak Guru) Maafkan kami Pak Guru. Jangan pergi Pak.”
Pak Guru (Woyo) : “Untuk apa saya di sini? Sedangkan kalian saja tidak
menghargai saya.”
Ary : “Maafkan kami Pak, kami tau kami salah. Kami berjanji
untuk merubah sikap kami Pak.”
Fika : “Iya Pak, kami berjanji. Tolong
maafkan kami Pak? Cuma Bapak lah Guru yang bisa mengerti kami.”
Murid-murid : “Iya Pak.”
Kepala Sekolah (H5) : “Bagaimana
Pak Guru?”
Pak Guru (Woyo) : “Anak-anak, mengucapkan janji itu memang mudah, tetapi
tidak semudah menepatinya.”
Novira : “Iya Pak kami tau, kami akan berusaha mengubah sifat kami.
Bapak maafkan kami kan?”
Pak Guru (Woyo) : “Iya anak-anak. Bagaimana Bapak tidak memaafkan kalian?
Bapak menyayangi murid-murid Bapak.”
Murid-murid : “Terima kasih Pak Guru.”
Pak Guru (Woyo) : “Sama-sama anak murid Bapak.”
Akhirnya Pak Guru pun memaafkan
kesalahan-kesalahan anak muridnya dan murid-murid pun bertekad untuk mengubah
sifat-sifat buruk mereka. Kelas mereka pun kini menjadi aman, damai, dan tenang
tanpa ada lagi keributan.
Kesimpulan:
Kita sebagai seorang murid harus
menghargai jerih payah seorang Guru yang telah bersusah payah mendidik dan
mengajari kita hingga kita bisa mengetahui apa yang kita tidak tahu. Jadi,
hargai dan hormatilah Gurumu karena tanpa mereka kita hanyalah secarik kertas
putih yang tidak ada artinya.
Sekian drama singkat dari kami.
Semoga kalian dapat memetik pelajaran berharga dan dapat menemukan amanat yang
terkandung dalam drama singkat kami.
Atas
perhatian para Bapak/ Ibu Guru serta teman-teman sekalian, kami mengucapkan
terima kasih dan mewakili kelas 9A kami mengucapkan “Selamat Hari Guru” untuk
para Guru di SMP Negeri 23 Medan.
Begitulah dramanya haha, -_-
Sorry ya kalau postingan aku kali ini kurang bermutu.
See you on my next post ^_^
2 Komentar