twitter instagram
By Novira Photography. Diberdayakan oleh Blogger.
  • Home
  • About Me
  • Gallery
    • 1
    • 2
    • 3
  • SoundCloud
  • VR Project

My Crying Room


Pada post kali ini, aku bakal certain tentang benda kecil, imut, lucu, namun jika disentuh menyakitkan. Hayooo tebak apaan???
Yaps, jawabannya “JERAWAT”
Pertama aja munculnya satu satu, aku maklumin deh. Kira-kira waktu kelas 2 SMP gitu tumbuhnya. Katanya sih nggak boleh dipegang dan dipencet-pencet*emang keypad apa* soalnya jerawatnya bisa jadi gede terus makin banyak. Yauda aku ikutin deh tu.
Beberapa hari kemudian, ilang deh tuh jerawat*lega* Nggak selang beberapa minggu tumbuh lagi tuh jerawat*sialan*, nambah-nambah lagi banyaknya. Cukup sabar aku ngadapinnya. Yauda, aku coba lah pake sabun yang katanya bisa ngilangin jerawat namanya **A** sorry ya bro nih merk. Aku sih ngikutin aja tuh saran emakku. Krim tabir suryanya juga aku pake pas mau pigi sekolah. Dan hasilnya sumpah deh bikin kecewa. Aku pikir bakal ilang si kawan kecil itu, tapi malah kebalikannya, jerawatnya makin banyak dan besar*telen ludah*. Udah deh, aku malas make itu sabun, dan akhirnya aku beralih ke **N**. Ya, sekedar buat bersihin muka doing walaupun nggak ngilangin jerawat.
Selang beberapa hari, aku liat iklan di TV. Sabun penghilang dan pencegah jerawat buat remaja ********R. Yauda deh, aku minta beliin itu sama emakku. Sama krim tabir suryanya. Dan selang beberapa minggu dipake, hasilnya lumayan lah, jerawat aku dikit dikit berkurang. Walaupun masih ada bekas hitamnya. Dan akhirnya aku bertahan menggunakan itu.
Sekarang jerawatku banyak di jidat*sialan*. Rencananya sih aku pengen coba ramuan tradisional buat nyembuhin jerawat ini. Katanya sih ada yang pake daun papaya diblender jadiin masker. Ada juga pake belimbing wuluh diparut campur garam trus ditempel di kulit yang berjerawat. Trus ada yang pake madu, kalo ini sih buat ilangin bekas jerawat yang menghitam. Aku baca di buku tentang ramuan itu, tapi sih belom aku coba. Entar rencananya mau aku coba kalo udah ada bahan-bahannya. Dan menurut aku sih ramuan itu ampuh, tapi mesti ditakar kapan-kapan aja dipake itu ramuannya, ada ketentuannya juga. Dan pastinya nggak ada efek sampingnya.
So, buat kalian yang belum pernah diserang jerawat. Jaga tuh kebersihan kulit wajah ataupun kulit-kulit yang bisa diserang jerawat. Rajin-rajin deh nyuci muka abis beraktivitas, biar bakterinya nggak berkembang jadi jerawat. Dan jangan sombong deh mentang-mentang nggak berjerawat, entar kualat lo. Ingat bro, “Mencegah lebih baik daripada mengobati”. Dan buat yang udah pernah diserang jerawat ataupun udah jadi makanan sehari-hari, juga harus tetap jaga kebersihan kulit, dan boleh deh dicoba ramuan tradisional yang aku sebut diatas tadi. Manatau manjur kan? Entar kalau sempat aku postingin deh tentang ramuan-ramuan tradisionalnya. Oke oke? Hahaha. Byeeee…(˘⌣˘)ε˘`)
 
Januari 22, 2012 No Komentar
Aku nulis ini karena aku bingung dan gatau mau tulis apa. Dan akhirnya beginilah aku jadi bingung entah apa yang harus ku tuangkan dalam tulisan ini. Aku capek mikirin apa tulisan selanjutnya yang akan aku tulis. Dan akhirnya inilah tulisan yang aku buat, judulnya Bingung. Karena aku bingung mau nulis apa. :)
Januari 21, 2012 No Komentar

Siang itu matahari terasa sangat terik dan panas hingga menusuk ke kulit keriput orang tua itu. Tetes demi tetes peluh keringat mengalir perlahan di wajah tuanya sambil dengan perlahan mengayuh pedal becak tuanya. Sambil mengusap peluhnya ia teringat keluarganya di rumah. Yang ia pikirkan hanyalah “Apa yang akan ku bawa pulang nanti untuk mereka?”
        Sambil mengayuh, ia terus memperhatikan di sekeliling pinggiran jalan, berharap ada pelanggan yang akan menaiki becak tuanya. Rasa letihnya pun akhirnya terbayar oleh panggilan seorang wanita tua yang hendak akan menaiki becaknya bersama cucu kecilnya.
        “Pak! Becak!” Panggil wanita tua itu sambil melambaikan tangannya.
        Pria tua itu pun mengayuh becak dayungnya dengan agak bersemangat. Tapi…
        “Sudah Pak, nggak jadi.” Ucap wanita tua itu sambil menaiki sebuah becak mesin bersama cucunya.
        Sang pria tua itu menghela nafasnya. Rasa kecewa dan letih pun menyelimutinya. Namun ia tetap sabar dan tabah, mungkin saja itu bukan rezeki yang diberikan Tuhan kepadanya. Terpikir kembali di benaknya, “Apa yang akan ku bawa pulang nanti untuk mereka?”
        Senja hampir tiba, namun si tua itu masih saja belum mendapatkan pelanggan. Belum ada sepeser pun uang yang terkumpul di dalam sakunya, hanya uang dua ribu rupiah sebagai uang jaga-jaganya. Rasa haus dan lapar dibuangnya jauh-jauh mengingat anak dan istrinya yang belum makan. Enggan rasanya ia pulang ke rumah. Ia takut bertemu anak dan istrinya  dengan tangan kosong.
        Azan maghrib berkumandang, si tua itu masih belum mendapatkan uang. Ia pun mencari masjid terdekat untuk melaksanakan sholat maghribnya. Setelah selesai ia pun berdoa kepada Tuhan, “Ya Allah, mudahkanlah aku dalam mencari rezeki. Biarkan aku membawa sesuatu untuk anak istriku. Lindungilah dan berikanlah kesabaran kepada mereka selagi aku mencari uang untuk kebutuhan mereka.” Itulah doa si pria tua itu.
        Ketika ia hendak bangkit, dia melihat sebuah dompet bewarna coklat yang terjatuh di sebelah tempat sujudnya.
        “Ini kan dompet bapak-bapak berjas itu.” Pikirnya.
        Si tua itu lalu membuka dompet itu dengan sedikit rasa ragu. Ia melihat berlembar-lembar uang saratus ribu dan beberapa cek yang jumlah uang yang tertera di dalamnya sangat besar.
        “Andaikan aku punya uang sebegini banyaknya, pasti anak dan istriku hidupnya enak. Anakku bisa sekolah sampai sarjana. Tapi ini bukan hakku, aku harus mengembalikannya kepada bapak itu.” Batinnya. Lalu si pria tua itu melihat alamat yang tertera pada KTP si pemilik dompet coklat itu. Ia pun meninggalkan masjid dan bergegas pergi menuju alamat yang dituju.
        Lama juga perjalanan yang ia tempuh, kurang lebih setengah jam perjalanan. Dan akhirnya dia pun menemukan sebuah rumah besar yang besarnya 20 kali lipat dari besar rumahnya. Pagarnya begitu tinggi, ia pun tak tahu bagaimana harus memanggil orang yang ada di rumah itu.
        “Assalamualaikum… Pak… Bu… Assalamualaikum…” Panggilnya dengan suara agak deras.
        Seorang satpam tiba-tiba keluar dari posnya dan membukakan pintu pagar, “Ya, Waalaikumsalam Pak, ada yang bisa saya bantu?” Tanyanya dengan agak tegas.
        “Apa betul ini rumahnya Ferdiansyah?” Tanyanya sambil memperhatikan KTP pemilik dompet itu.
        “Ya, ada perlu apa Pak?” Tanya si satpam agak sinis.
        “Saya ingin bertemu dengannya, ada yang ingin saya berikan padanya.”
        “Sudah buat janji?”
        “Belum, tapi ini benar-benar penting.”
        “Maaf Pak, harus buat janji dulu. Tidak boleh orang sembarangan masuk kemari. Apalagi seorang tukang becak dayung kumuh seperti anda.” Gelak satpam itu semakin sinis.
        Si tua itu hanya bisa terdiam mendengar perkataan satpam itu. Dia tetap sabar dan tabah, dia sadar semua yang dikatakan satpam itu memang benar.
        Ia kembali ke becak dayung tuanya. Teringat dia pada anak dan istrinya yang belum makan, terpaksa ia hanya bisa membelikan dua potong roti dengan uang dua ribu rupiahnya itu dan ia bergegas kembali pulang. Tiba-tiba terdengarnya suara klakson mobil yang akan memasuki rumah itu. Ternyata bapak pemilik dompet coklat itu baru saja pulang. Si tua itu hanya memperhatikan mobil yang hendak masuk itu. Dan tanpa disangka bapak berjas itu menghampiri si pria tua itu.
        “Bapak kan yang tadi ada di masjid?” Tanya pria berjas itu.
        “Iya Pak, saya kemari cuma mau mengembalikan dompet Bapak, tadi saya lihat terjatuh di karpet sholat.” Lalu si pria tu memberikan dompet itu. “Bapak tenang saja, uangnya masih utuh kok. Ya sudah saya pamit pulang dulu ya Pak.” Si Pria tua mulai menggerakkan pedalnya.
        “Tunggu Pak!” Panggil si pria berjas itu.
        “Kenapa Pak? Uangnya ada yang hilang ya? Sumpah demi Allah saya tidak pernah menyentuh isinya sedikit pun Pak, kecuali KTP Bapak.”
        “Tidak Pak, isinya tetap. Saya ingin berterima kasih banyak kepada Bapak. Untung saja dompetnya di tangan Bapak, kalau tidak saya tidak tahu lagi harus bagaimana. Sebagai ucapan terima kasih saya, Bapak mau ikut makan malam bersa,ma saya dan keluarga saya?”
        Si pria tua itu sejenak berpikir, tak mungkin saja dia menikmati makan malam yang enak sedangkan anak dan istrinya kelaparan menunggu kedatangannya membawa uang dan makanan.
        Si pria berjas itu kembali meyakinkan si tua itu, “Bagaimana Pak? Saya berharap Bapak mau.”
        “Maaf Pak, anak dan istri saya sudah menunggu saya pulang, saya harus segera pulang.”
        “Kalau begitu tunggu sebentar ya Pak.” Ucap pria berjas itu.
        Setelah menunggu beberapa saat, pria berjas itu membawakan sebuah rantang untuk si pria tua dan memberikan sebuah amplop yang berisikan sebuah uang yang cukup banyak.
        “Eh eh, apa-apaan ini Pak?” Tanya si pria tua itu keheranan.
        “Ini Pak silahkan diambil, semoga bisa cukup untuk kebutuhan Bapak. Ini sebagai ucapan terima kasih saya kepada Bapak. Diterima ya Pak.”
        “Eh, tapi…”
        “Sudahlah Pak, tidak baik menolak rezeki.”
        “Baiklah, terima kasih banyak Pak. Akhirnya anak dan istri saya bisa makan.” Ucapnya sambil menangis haru.
        “Saya juga berterima kasih banyak Pak.” Pria berjas itu pun tersenyum.
        Si pria tua itu lalu pergi pulang dengan rasa bahagia bercampur haru. Akhirnya Tuhan telah mengabulkan semua doanya. Tak lupa si pria tua terus memanjatkan rasa syukur kepada Tuhan.
        Sesampainya di rumah, pria tua itu pun dapat bernafas lega melihat anak dan istrinya dapat makan dengan lahapnya. Dan uang yang diberikan pria berjas tadi pun dimanfaatkan pria tua itu sebagai modal untuk berjualan istrinya. Hidup keluarganya pun akhirnya menjadi lebih baik dari yang biasanya.
        Itu adalah cerita seorang tukang becak yang selalu bersyukur atas apa yang telah diberikan Tuhan kepadanya. Ia tak pernah mengeluh walaupun sulit hidup yang ia jalani dan ia selalu sabar dan tabah menghadapi setiap cobaan yang ada. Hingga akhirnya dia memetik hasil dari sikap syukur dan sabarnya itu. Bagaimana denganmu? Sudahkah kamu bersyukur kepada Tuhanmu??? (Tamat)
Januari 06, 2012 No Komentar
Newer Posts
Older Posts

Pengunjung

About me

About Me


Bukan penulis, hanya seseorang yang ingin menulis (saja).

Blog Archive

  • ►  2018 (1)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2015 (3)
    • ►  Desember (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Juni (1)
  • ►  2014 (1)
    • ►  Oktober (1)
  • ►  2013 (7)
    • ►  September (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ▼  2012 (17)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (1)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ▼  Januari (3)
      • Aih! Jerawat!!!
      • Bingung
      • Cerita Si Tukang Becak
  • ►  2011 (4)
    • ►  Desember (2)
    • ►  Oktober (2)

recent posts

FOLLOW ME @INSTAGRAM

Created with by ThemeXpose