Film Indonesia Paling Bagus

by - Agustus 05, 2012

1.Tendangan Dari Langit



Film ini memajang nama besar Irfan Bachdim di posternya. Filmnya memang memanfaatkan Irfan Bachdim sebagai role model, tokoh panutan. Tapi, justru bukan Bachdim yang membuat filmnya menarik (akting Bachdim kaku, cenderung mengganggu), melainkan kisah perjuangan bocah desa jago bola yang ingin bercita-cita sebagai pesepakbola profesional. Kisah from zero to hero ini selalu menarik. Walau cerita macam ini terasa makin familiar sejak sukses Laskar Pelangi, dengan penggarapan yang baik film macam ini masih asyik disaksikan.


2.Lima Elang











Di zaman serba digital saat anak-anak lebih sering main Blackberry atau PSP, masihkah Pramuka mengasyikkan? Film ini hendak mengatakan kalau ekskul Pramuka lebih asyik dari semua gadget itu. Bagi penonton anak-anak, film ini menuyuguhkan kisah petualangan yang mengasyikkan, sedang bagi penonton dewasa, film ini seperti nostalgia ke masa kecil saat masih aktif ikut Pramuka. Duet Rudi yang berpengalaman membuat film baik plus skenario Salman Aristo menghasilkan tontonan yang disuka seluruh anggota keluarga, baik anak-anak maupun orang dewasa.


3.The  Mirror Never Lies

 Buah jatuh tak jauuh dari pohonnya. Peribahasa itu pas menggambarkan sosok Kamila Andini. Seperti ayahnya, Garin Nugroho, Kamila bermain-main dengan tema tak biasa dengan setting eksotis. Kamila memilih kisah hubungan ibu dan anak perempuannya dengan latar kehidupan nelayan suku Bajo di Wakatobi, Sulawesi Tenggara, kawasan yang merupakan bagian dari Segitiga Terumbu Karang. Seperti Garin, Kamila memiliki bakat menampilkan gambar-gambar indah. Ia berhasil memperlihatkan ratusan spesies makhluk bawah laut yang luar biasa itu, termasuk puluhan dolfin yang cantik, menyatu dengan cerita.   


4.Sang Penari (Sutr. Ifa Isfansyah) 

 

Dengan Sang Penari, Ifa Isfansyah naik kelas. Hanya dengan 2 film (satu lagi debutnya, Garuda di Dadaku) Ifa layak disejajarkan sebagai sutradara kelas wahid yang baru. Ia berhasil menerjemahkan novel trilogi Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari dengan baik. Ifa berpihak pada masyarakat biasa yang menjadi korban kemelut politik tahun 1965. Selama ini, tragedi 1965 nyaris tak pernah di angkat ke layar lebar dengan perspektif korban. Orde Baru memilih pendekatan propaganda, sedang Gie (2005, Riri Riza) masih berjarak dengan korban. Ifa mewakili pandangan generasi 1998 yang ingin membongkar segala teks yang pernah mengisi relung batin dan pikiran soal peristiwa G30S versi Orde Baru. Saat ia berhasil, kita ikut bersorak sebab akhirnya kita punya film yang bicara lebih jujur soal tragedi kemanusiaan itu.***


5.The Raid


 


 
 
Sutradara Gareth Evans
Produser Ario Sagantoro
Penulis Gareth Evans
Pemeran Iko Uwais, Ray Sahetapy, Joe Taslim, Donny Alamsyah, Yayan Ruhian, Pierre Gruno, Tegar Satrya
Musik Fajar Yuskemal, Aria Prayogi (edisi TIFF 2011 dan perdana Indonesia); Mike Shinoda, Joseph Trapanese (edisi Sundance 2012 dan perdana AS/internasional)
Sinematografi Matt Flannery
Editing Gareth Evans
Studio PT Merantau Films
XYZ Films
Distribusi Celluloid Nightmares
(Seluruh dunia)
Sony Pictures Classics
(Amerika)
Tanggal rilis
(TIFF)
(Indonesia)
(Australia)
(Amerika)
Durasi 101 menit
Negara Bendera Indonesia Indonesia
Bahasa Indonesia
The Raid (sebelum diedarkan: Serbuan Maut[1]) adalah film aksi seni bela diri dari Indonesia yang disutradarai oleh Gareth Evans dan dibintangi oleh Iko Uwais. Pertama kali dipublikasi pada Festival Film Internasional Toronto (Toronto International Film Festival, TIFF) 2011 sebagai film pembuka untuk kategori Midnight Madness, para kritikus dan penonton memuji film tersebut sebagai salah satu film aksi terbaik setelah bertahun-tahun[2][3][4][5][6][7] sehingga memperoleh penghargaan The Cadillac People's Choice Midnight Madness Award[8]. Terpilihnya film ini untuk diputar pada beberapa festival film internasional berikutnya, seperti Festival Film Internasional Dublin Jameson (Irlandia), Festival Film Glasgow (Skotlandia), Festival Film Sundance (Utah, AS), South by Southwest Film (SXSW, di Austin, Texas, AS), dan Festival Film Busan (Korea Selatan), menjadikannya sebagai film komersial produksi Indonesia pertama yang paling berhasil di tingkat dunia.
 Di jantung daerah kumuh Jakarta berdiri sebuah gedung apartemen tua yang menjadi markas persembunyian para pembunuh dan bandit yang berbahaya. Sampai saat ini, blok apartemen kumuh tersebut telah dianggap tidak tersentuh, bahkan untuk perwira polisi yang paling berani sekalipun. Diam-diam di bawah kegelapan dan keheningan fajar, sebuah tim elit polisi penyerbu berjumlah 20 orang ditugaskan untuk menyerbu apartemen persembunyian tersebut untuk menyergap gembong narkotik terkenal yang menguasai gedung tersebut. Tapi ketika sebuah pertemuan dengan seorang pengintai membuka rencana mereka dan berita tentang serangan mereka mencapai sang gembong narkotik, lampu dalam gedung tiba-tiba padam dan semua pintu keluar diblokir. Terdampar di lantai enam dan tanpa jalan keluar, satuan khusus tersebut harus berjuang melawan penjahat-penjahat terburuk dan terkejam untuk bertahan hidup dalam misi penyerbuan tersebut.

You May Also Like

0 Komentar